7/04/2009

MELACAK AKAR KONFLIK ANTAR PERGURUAN SILAT DI KARISIDENAN MADIUN

Kasus perkelahian antar perguruan silat yang di motori oleh Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dan Setia Hati winongo atau di sebut STK (Sedulur tunggal kecer) dikaresidenan madiun akhir-akhir ini sangat marak dan melibatkan masa pendukung secara massif dan di sertai dengan pengerusakan serta jatuhnya korban jiwa. Konflik yang berpangkal dari perbedaan penafsiran dan klaim kebenaran tentang ideoligi keSHan merambat hampir seluruh karisedanan Madiun .hadirnya konflik tersebut juga menimbulkan keresahan dan ketidaknyaman berbagai lapisan masyarakat. Arkeologi Kekerasan SH Terate VS SH Winongo . Perkelahian secara turun temurun antar SH Terate dan SH Winongo tidak lepas dari setting sejarah yang melatarbelakangi . Kedua perguruan tersebut awalnya merupakan satu perguruan yaitu Setia Hati (diawali berdirinya Sedulur Tunggal Kecer) yang berdiri di kampung Tambak Gringsing Surabaya oleh KI Ngabehi Soerodiwiryo dari Madiun pada tahun 1903. Pada tahun tersebut KI Ngabehi belum menamakan perguruannya dengan nama Setia Hati namun, bernama “Joyo Gendilo Cipto Mulyo” hanya dengan 8 orang siswa, didahului oleh 2 orang saudara yaitu Noto/Gunadi (adik kandung KI Ngabehi sendiri) dan kenevel Belanda. Organisasi silat tersebut mendapat hati di kalangan masyarakat sekitar tahun 1917 . yang mana Joyo Gendilo Cipto Mulyo melakukan demonstrasi silat secara terbuka di alun –alun Madiun dan menjadikannya sebagai perguruan yang popular di kalangan masyarakat karena gerakan yang unik penuh seni dan bertenaga . pada tahun 1917 Joyo Gendilo Cipto Mulyo bergati nama dengan Setia Hati. Pendiri perguruan tersebut meninggal pada tanggal 10 November 1944 dalam usia 75 tahun, dengan meninggalkan wasiat supaya rumah dan pekarangannya diwakafkan kepada Setia Hati dan selama bu Ngabehi Soerodiwiryo masih hidup tetap menetap di rumah tersebut dengan menikmati pensiun dari perguruan tersebut. KI Ngabehi dimakamkan di Desa Winongo Madiun dengan batu nisan garnit dengan dikelilingi bunga melati. Dan oleh berbagai kalangan makam Ki Ngabei dijadikan pusat dari perguruan Setia Hati. Dan pada Tahun 1922 Murid KI Ngabei Soerodiwiryo mendirikan Setia Hati Teratai sebagai respon untuk mengembangkan Pencak silat dengan ideologi ke SH an. Pertentangan Ideologi memulai memuncak ketika pendiri SH meninggal yang mana konflik tersebut di motori oleh dua murid kesayangan Ki Ngabehi Soerodiwiryo yang mengakibatkan pecahnya SH dan terbagi dalam 2 wilayah teritorial yaitu SH Winongo yang tetap berpusat di Desa Winongo dan SH Terate di Desa Pilangbangau Madiun. Konflik kedua murid merambat sampai akar rumput sampai sekarang yang di penuhi rasa kebencian satu sama lain. Belum lagi konflik di perparah kepentingan politik dan perebutan basis ekonomi. Basis pendukung antar kedua perguruan di bedakan oleh perbedaan kelas juga. SH Winongo berkembang dalam alam perkotaan dan basis pendukungnya adalah para bangsawan atau priyayi sedangkan SH Teratai berkembang diwilayah pedesaan dan pinggiran kota. Perpecahan kedua perguruan tadi juga terletak dalam strategi pengembangan ideologi yang satu bersifat ekslusif, sedangkan Hardjo Utomo ingin membangun SH yang lebih bisa diterima masyarakat bawah guna melestarikan perguruan. Melihat dari latar belakang tersebut konflik yang tejadi adalah konflik identitas yang mana kedua perguruan tersebut saling mengklaim kebenaran pembawa nilai Ideoligi SH yang orisinil dan menganggap dirinya yang paling baik dan benar. Klaim kebenaran terus menerus di reproduksi sehingga membentuk praktek –praktek diskursif yang saling meyalahkan satu sama lain. Konflik yang di gerakkan oleh klaim kebenaran pemegang otoritas tunggal ideologi ke SH an juga di dukung oleh kultur agraris masyarakat setempat yang dalam kehidupan sehari-hari tidak mempunyai kegiatan selain bertani untuk memenuhi kebutuhan sehari –hari. Tumbuh suburnya perguruan silat di karesidenan Madiun juga di topang oleh idelogi pencak silat yang di olah kebatinan kejawen yang sangat familiar dalam kehidupan sehari –hari. Implikasinya kelompok silat menjadi suatu yang integral dalam kehidupan masyarakat dan masyarakat juga ikut melestarikan konflik di sebabkan tingkat partisipasinya dalam kelompok silat sangat tinggi. Hadirnya kelompok silat dalam masyrakat agraris adalah sebuah media sosial untuk melepaskan rutinitas sehari –hari dan sebagai pelepas tekanan kemiskinan yang sering di derita masyarakat petani. Partisipasi masyarakat yang tinggi dalam kelompok silat dan di barengi sentimen ideologis yang kuat dan cenderung emosional dalam bertindak seringkali di manfaatkan oleh kelompok kepentingan yaitu oleh para politisi lokal untuk mendukung parpol yang di pimpimnya. Fenomena tersebut bisa di lihat Mantan Bupati Ponorogo Markum pada tahun 1998 lalu bergabung menjadi anggota kehormatan SH Terate. Maka kelompok silat yang jumlahnya ribuan sangat potensial untuk mendukung kepentingan parpol tertentu.Hadirnya nuansa politisasi dalam sebuah organisasi silat yang menambah rantai konflik semakin panjang dan sangat sulit untuk di selesaikan. Pertarungan eksistensi antara SH Winongo dan SH Terate juga berimbas pada perekutan anggota sebanyak –banyaknya. Dalam memperebutkan anggota juga sebagai perebutan basis ekonomi. Hasil Penelitian yang di lakukan oleh E. Probo dia mengambil contoh SH Terate (2002 :6 makalah diskusi),untuk satu kali pelantikan setiap bulan Sura [bulan pertama dalam kalender Jawa], Terate melakukan pelantikan sejumlah 1000-2000 anggota baru, jika satu anggota membayar 700 ribu rupiah, maka uang yang akan masuk ke organisasi dalam satu tahun adalah 700 juta hingga 1,4 milyar rupiah!!! Jumlah yang fantastis. Ini menarik sekali, sebuah organisasi silat dengan jumlah anggota 35.000 orang dan pemasukan 700 juta hingga 1,4 milyar rupiah per tahun.. Maka bila salah satu perguruan silat menguasai satu daerah maka dengan sekuat tenaga akan mempertahankan,karena di situlah eksitensi sebuah perguruan silat di pertaruhkan di lain itu mereka juga tidak mau kehilangan basis ekonominya. Penutup Konflik Identitas antara SH Winongo dan SH Teratai yang di mulai dengan klaim kebenaran tentang pemegang teguh ajaran ke SH an sekarang mulai merebak pada perebutan basis ekonomi serta di manfaatkanya kelompok silat sebagai penyokong parpol tertentu. Di lain sisi masyrakat pun ikut melestarikan adanya konflik tersebut. maka untuk menghindari adanya konflik ideologis yang berkepanjangan perlu di lakukan tindakan yang tegas oleh aparat kepolisian. Serta pemerintah daerah setempat harus menciptakan media sosial yang lain yang dapat membuat masyarakat keluar dari rutinitas sehari-hari dan terlepas dari berbagai tekanan sosial ekonomi yang selalu menghantui. Selain itu pemerintah daerah harus mempunyai program pembangunan yang berorentasi pada kesejahteraan rakyat. Karena kita ketahui hadirnya konflik tersebut tidak lepas dari budaya kemiskinan masyarakat setempat.

Supaya kita tidak dipermalukan orang lain seperti tulisan yg sebelumnya , sebaiknya kita semuanya harus ditelaah dulu jangan "ojo kagetan"," ojo gumunan" "lan ojo waah".
seperti tulisan ini.

Tentang Eyang Suro sbb:
di Madiun adalah dari seorang pendekar bernama Suro (Mbah Suro). Konon, sewaktu masih sangat muda Mbah Suro ini adalah salah satu prajurit tangguh yang dimiliki Pangeran Diponegoro. Setelah Pangeran Diponegoro kalah dari Belanda, mbah Suro melarikan diri ke Madiun, dan mendirikan sebuah perguruan silat sendiri.
Kita bisa dapatkan bukti tertulis tentang sejarah Eyang Suro ini dan banyak pendekar Setia Hati yang tahu banyak tentang beliau. Pernyataan Eyang Suro bekas prajurit Diponogoro, itu tulisan berlebihan. Ki Ngabehi Surodiwirjo lebih bekennya dipanggil Eyang Suro pertama berguru di Jombang , Jawa Barat , Batavia, Sumatra Barat ,Bengkulu dan Aceh Utara sesudah merantau beliau kembali ke Soerabaya menjadi Politie Belanda berpangkat Mayor .Pada tahun 1903 merangkum semua permainan yg pernah dipelajarinya dan diberi nama Joyo Gendilo sesudah itu silatnya di ganti nama Sedulur Tunggal Kecer . Sesudah beliau berhenti menjadi politie Belanda , pindah ke Madiun perguruannya diberi nama Joyo Gendilo Cipto Mulyo. Yang pada tahun 1917 diganti dengan nama Persaudaraan Setia Hati penerimaan murid pertama dari sekolah Belanda OSVIA(Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren) dan sekolah MULO(Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs) Ini saya dapatkan dari data arsip di Belanda. Sangat berlawan dengan ceritera diatas yg patriotic and nasionalis.

SH Terate adalah perguruan silat legendaris yang berperan menyebarkan pencak silat ke berbagai daerah (bahkan manca negara). Di pusatnya, Madiun, terdapat ribuan pendekar SH terate yang tersebar sampai pelosok-pelosok kampung. Bagi pemuda-pemuda di daerah Madiun, menjadi anggota SH terate adalah tradisi yang mereka laksanakan secara turun temurun. Bahkan banyak keluarga yang dari Kakek buyut sampe cicit, semua adalah anggota PS SH Terate. Hal ini membuat SH Terate sebagai organisasi, cukup disegani di kawasan Madiun karena memiliki massa yang sangat besar. Sayang, di Madiun sering terjadi perkelahian massal antara anggota SH Terate dan anggota SH Tunas Muda (Winongo). Sebenarnya pendiri kedua perguruan silat tersebut berasal dari perguruan yang sama. Menurut hikayat, asal muasal pencak silat di Madiun adalah dari seorang pendekar bernama Suro (Mbah Suro). Konon, sewaktu masih sangat muda Mbah Suro ini adalah salah satu prajurit tangguh yang dimiliki Pangeran Diponegoro. Setelah Pangeran Diponegoro kalah dari Belanda, mbah Suro melarikan diri ke Madiun, dan mendirikan sebuah perguruan silat sendiri. Perguruan silat ini kemudian berkembang cukup pesat. Mbah Suro memiliki banyak sekali murid. Namun diantara sekian ratus muridnya, ada dua yang paling menonjol. Yang satu kemudian mendirikan perguruan silat sendiri di daerah Winongo Madiun, dan di kemudian hari menjelma menjadi SH Tunas Muda. Sementara yang satunya meneruskan perguruan silat mbah Suro dan kemudian menjelma menjadi SH Terate.

Awalnya, kedua perguruan tersebut saling berdampingan dengan damai satu sama lain. SH Winongo memiliki pengaruh di daerah madiun kota, sementara SH Terate mengakar di daerah madiun pinggir/pedesaan. Benih perpecahan dimulai ketika antara tahun 1945-1965 an, banyak pendekar SH Winongo yang berafiliasi dengan PKI. SH Terate yang menganggap ilmu SH (Setia Hati) yang diturunkan oleh mbah Suro merupakan ilmu yang berbasis ajaran Islam, merasa SH Winongo mulai keluar dari jalur tersebut. Perselisihan semakin menjadi-jadi antara tahun 1963-1967, dimana banyak pendekar dari kedua perguruan yang terlibat bentrok fisik dalam peristiwa-peristiwa politik. Meski banyak anggotanya yang berafiliasi kiri, namun secara organisasi SH Winongo tidak terlibat dalam aktivitas kekirian tersebut. Hal inilah yang kemudian menyelamatkan perguruan silat ini dari pembubaran oleh pemerintah.

Setelah masa pembersihan anggota PKI yang berlangsung antara tahun 1967-1971 di daerah Madiun, SH Winongo sedikit demi sedikit mulai kehilangan pamornya. Puncaknya, pada era 1980-an bisa dikatakan perguruan silat ini dalam keadaan mati suri. Konon, banyak pendekar SH Terate yang berperan sebagai eksekutor para anggota PKI (termasuk beberapa pendekar SH Winongo yang terlibat PKI) di kawasan Madiun. Hal inilah yang kemungkinan memicu dendam pendekar SH Winongo yang non-PKI tapi merasa memiliki solidaritas pada kawan-kawannya yang dieksekusi tersebut. Entah kebetulan atau tidak, seiring dengan munculnya PDI sebagai kekuatan politik yang cukup kuat pada era 1990-an, pamor SH Winongo sedikit demi sedikit mulai naik kembali. Banyak pemuda dari kawasan perkotaan Madiun yang masuk menjadi anggota SH Winongo. Madiun kota sendiri merupakan basis PDI yang cukup kuat. Sementara Madiun kabupaten merupakan basis NU dan Muhammadiyah. Banyak yang mengatakan bahwa situasi tersebut mirip dengan situasi di zaman '60-an, dimana PKI berkuasa di Madiun kota dan NU berkuasa di Madiun Kabupaten. Seiring dengan perkembangan tersebut, mulai sering terjadi perkelahian antar pendekar di berbagai pelosok Madiun. Perkelahian yang juga melibatkan senjata tajam tersebut tak jarang berakhir dengan kematian salah satu pihak. Pada waktu itu, Madiun bagaikan warzone para pendekar silat (termasuk dengan senjata tajam dan senjata lainnya). Di berbagai sudut kota dan kampung terdapat grafiti yang menunjukkan identitas kelompok pendekar yang menguasai kawasan tersebut. Pendekar SH Terate menggunakan istilah SHT (Setia Hati Terate) atau TRD (Terate Raja Duel) untuk menandai basisnya. Sementara SH Winongo menggunakan istilah STK, yang kemudian diplesetkan menjadi "Sisa Tentara Komunis", untuk menandai kawasan mereka. Pada kurun waktu 1990-2000, STK mengalami perkembangan jumlah anggota yang sangat pesat. Desa Winongo sebagai markas besar mereka, pada awalnya masih mudah diserang oleh pendekar SHT dari wilayah tetangga. Namun karena kekuatan mereka yang semakin besar membuat Winongo menjadi untouchable area. Hampir seluruh pemuda dan lelaki di desa ini menjadi anggota STK yang militan, sehingga penyerbuan SHT ke wilayah ini menjadi semakin sulit dilakukan. STK menggunakan taktik populis dalam merekrut anggota baru. Mereka masuk ke SMP dan SMU di kota Madiun dan menawarkan status pendekar secara instan kepada pemuda-pemuda yang mau bergabung. Sementara untuk meraih status pendekar di SHT, persyaratannya cukup berat dan memakan waktu cukup lama. Tawaran menjadi pendekar instan tersebut tentu saja mendapat sambutan yang besar dari para pemuda yang belum mengetahui esensi sebenarnya sebuah panggilan "pendekar". Di Madiun, menjadi pendekar adalah sebuah kehormatan yang diimpi-impikan para pemuda. Predikat pendekar menjadi sangat elit karena harus dicapai dengan susah payah. Seorang Pendekar dipastikan memiliki kemampuan silat dan fisik yang prima, serta pemahaman agama yang dalam.

Akibat taktik populis yang dilakukan STK, kode etik pertarungan antar pendekar yang selama ini terjaga, sedikit demi sedikit mulai pudar. Anak-anak muda yang naif (pendekar instan) mulai menggunakan cara-cara yang kurang etis dalam berkelahi. Misalnya mereka mengeroyok lawan, menculik lawan di rumah, tawuran (lempar-lemparan batu), menyerang dari belakang, dan cara-cara yang tidak terhormat lainnya. Awalnya pendekar-pendekar SHT yang memegang teguh kode etik pertarungan pencak silat, masih berupaya sabar. Namun, akhirnya mereka kehilangan kesabaran setelah korban di pihak mereka mulai berjatuhan.
Tercatat, terjadi beberapa kali pertarungan yang memakan korban jiwa akibat tindakan yang tidak sportif. Pernah terjadi kasus dimana dua orang pendekar yang sedang berboncengan sepeda ontel, di tebas dari belakang oleh lawan bersepeda motor dengan menggunakan clurit. Kemudian ada juga kasus seorang pendekar yang sedang menggarap sawah, ditebas dari belakang oleh lawannya dengan menggunakan pacul.
Kejadian-kejadian tersebut merupakan gambaran betapa etika pertarungan sportif satu lawan satu yang selama ini dipegang erat oleh para pendekar, mulai pudar. Cikal bakal dua perguruan silat terbesar di Madiun, SH Terate dan SH Winongo, adalah sebuah perguruan pencak silat puritan bernama SH Putih. SH Putih didirikan oleh seorang pendekar silat bernama Mbah Suro pada tahun 1903. Mbah Suro adalah seorang pengembara, dia telah melanglang buana sampai ke Tiongkok dan India untuk mempelajari berbagai ilmu bela diri. Setelah merasa cukup ilmu, Mbah Suro pulang ke tanah kelahirannya, dan mendirikan sebuah perguruan pencak silat tanpa nama. Berdasarkan ilmu yang didapatkannya selama mengembara, ia mengembangkan jurus-jurus silat baru yang kemudian membawa pembaharuan dalam ilmu beladiri asli nusantara ini. Setelah Mbah Suro meninggal pada tahun 1944, terdapat dua orang muridnya yang berebut pengaruh untuk menjadi pimpinan perguruan silat tersebut. Perebutan ini kemudian berakibat pada terpecahnya mereka ke dalam dua kubu. Kubu pertama kemudian mendirikan perguruan silat baru bernama Setia Hati Winongo (Kenanga), dan kubu yang lain mendirikan Setia Hati Terate (Teratai). Perebutan tersebut akhirnya tereskalasi menjadi konflik terbuka, ketika masing-masing perguruan tersebut sudah memiliki banyak pengikut. Konflik masih terus terjadi sampai hari ini, dengan dinamika yang berbeda, sesuai dengan perkembangan jaman. Sementara, SH Putih kemudian menutup diri karena tidak mau terlibat dalam perseteruan antara keduanya. Sampai saat ini SH Putih masih ada, dan yang diperbolehkan menjadi murid di perguruan silat ini hanyalah anggota keluarga dan keturunan Mbah Suro saja. SH Putih menjadi semacam dewan guru besar, untuk menentukan apakah seorang pendekar dari SH Winongo dan SH Terate yang telah mencapai level tertinggi bisa naik tingkat atau tidak (dalam karate istilahnya DAN I, DAN II, dst, untuk sabuk hitam).

Sumber mashter1922.blogspot.com

2 komentar:

Dedi Andrianto Kurniawan mengatakan...

wkwkwkwk kadang saya merasa konyol sendiri melihat ulah segelintir orang yang main provokasi aja ... entah tujuannya ingin populer atau apa yang jelas pertikaian macam ini mencerminkan ketidakdewasaan berpikir ... mereka cenderung mengesampingkan hal hal substansial ... jadi manusia yang harusnya makhluk sosial eh ini malah "gelut dhewe dhewe" ngga sejalan dengan ideologi asal silat yaitu sifat ksatria ... wong seandainya pendiri perguruan perguruan itu masih hidup ... andaikata masih hidup niscaya mereka hidup berdampingan ... ngga ada apa apa .... jalan kan boleh beda ... tapi ideologi ksatria itu kan dimana mana sama ... ngga cari musuh ... tapi kalo musuh ngacak acak layani .... kalo masing masing punya itikad "ngga cari musuh" kan ngga bakal ada duel duel ... lagian kalo mau duel duel ... itu lho ... berangkat ke palestine. saudara saudara sampean ditindas ... atau di dalam negeri ... itu lho pak koruptor koruptor ... berapa rupiah mereka makan sampe bikin biaya pendidikan selangit ... bikik orang orang seperti saya kesulitan kuliah ... kan lebih tepat guna tuh??

saran aja sih

ary gondez mengatakan...

♏aaf..в̍̍̍̍̊α̇̇̇̊я̣̣̥υ̲̣̥ B̲̣̣̣̥ɪ̣̝̇S̤̥̈̊ɑ̤̥̈̊ bls..ί☆゚+。☆*М̣̣̥̇̊α̩̩̩̩̥и̣̣̣̣̥†̥̥α̇̇̇̊ρ̥̥ρ゚̩̩̩̩̥+。☆*+☆
М̣̣̥̇̊α̩̩̩̩̥ƨ̣̣̣̇̇̇̇ β̣̣̥я̩̥̊ọ̥..saranya & М̣̣̥̇̊α̩̩̩̩̥κ̣̝̇α̇̇̇̊ƨ̣̣̣̇̇̇̇iн̣̣̣̝̇̇̇..sesungguhnya siapapun qt..gk ingin ăϑα konflik..S̤̥̈̊є̲̣̣̣̥M̲̣̣̣̥υ̲̣̥ά̲̣̣̣̥ ingin hdp damai..tapi yg namanya anak muda ya begitu..sukanya tawuran..kumpul Ş̲̣̥α̇̇̇̊N̤̥̈̊α̩̩̩̩̥ kumpul sini&mudah terprofokasi..Untuk warga PSHT&SHW..semoga bs segera hidup berdampingan tanpa saling menyalahkan..sesuai wasiat eyang suro sebelum meninggal..
Salam Persaudaraan..

PSHT BANYUWANGI JAWA TIMUR © 2008 Por *Templates para Você*